Sistem Informasi Desa Pekuncen
Sedekah bumi merupakan salah satu tradisi leluhur yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Acara ini digelar setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan rezeki dan hasil bumi yang melimpah. Lebih dari sekadar ritual, sedekah bumi menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan menjaga kelestarian adat budaya setempat.
Prosesi dimulai dengan sambutan dari sesepuh desa yang memanjatkan doa-doa keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh warga. Dalam sambutannya, sesepuh desa mengingatkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam. Warga percaya bahwa tanah yang mereka pijak dan air yang mereka gunakan sehari-hari adalah anugerah yang harus dijaga dan disyukuri. Doa bersama ini disertai dengan persembahan hasil bumi seperti padi, sayuran, dan buah-buahan sebagai simbol rasa syukur dan harapan atas kesuburan tanah.
Setelah prosesi doa, dilanjutkan dengan syukuran bersama. Seluruh warga berkumpul dan menikmati berbagai hidangan khas yang telah dipersiapkan, seperti gulai kambing, becek kambing, dan sapi serundeng. Hidangan-hidangan ini diolah dengan cara tradisional oleh para lelaki desa, sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun. Menariknya, kaum perempuan bertugas menyiapkan bahan makanan, sementara para lelaki yang bertanggung jawab memasak hingga menyajikan hidangan. Salah satu hidangan yang paling dinantikan adalah sapi serundeng, yaitu olahan daging sapi yang dimasak bersama kelapa parut dan rempah-rempah khas.
Tidak hanya itu, acara sedekah bumi di Desa Pekuncen juga dimeriahkan dengan kehadiran para warga yang datang dari desa-desa sekitar. Mereka datang dengan berjalan kaki, membawa hasil bumi sebagai bentuk persembahan dan rasa syukur. Beberapa warga bahkan menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer demi mengikuti ritual adat ini. Prosesi berjalan kaki ini bukan hanya tradisi, tetapi juga simbol pengabdian dan penghormatan kepada leluhur.
Puncak acara sedekah bumi diisi dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran ini menjadi hiburan sekaligus sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat. Cerita-cerita wayang yang dibawakan sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang mengajarkan kebijaksanaan, rasa syukur, dan pentingnya menjaga keharmonisan dalam hidup.
Menurut sesepuh desa, tradisi sedekah bumi telah berlangsung selama ratusan tahun dan tetap dijaga hingga kini sebagai warisan budaya leluhur. Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga pengingat bagi setiap warga akan pentingnya hidup selaras dengan alam. Mereka percaya bahwa dengan menjaga alam dan menghormatinya, hasil bumi akan selalu melimpah dan kehidupan akan tetap tenteram.
Tradisi ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang yang ingin menyaksikan langsung prosesi adat penuh kearifan lokal. Masyarakat Desa Pekuncen menyambut dengan hangat siapa saja yang ingin ikut serta dalam prosesi tersebut. Semangat gotong royong dan kebersamaan sangat terasa selama berlangsungnya acara.
Sedekah bumi di Desa Pekuncen bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga warisan budaya yang mengandung filosofi mendalam tentang rasa syukur, kebersamaan, dan keharmonisan dengan alam. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap bertahan dan menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai luhur leluhur masih relevan hingga kini. Semoga tradisi sedekah bumi di Desa Pekuncen terus lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Acara diakhiri dengan doa penutup yang dipanjatkan oleh sesepuh desa, disertai harapan agar Desa Pekuncen senantiasa diberkahi kesuburan tanah, kemakmuran, dan kehidupan yang harmonis. Sedekah bumi menjadi bukti nyata betapa pentingnya menjaga tradisi, bersyukur atas anugerah Tuhan, dan hidup selaras dengan alam serta sesama manusia.